Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi seluruh umat manusia. Karena dengan belajar kita bisa mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui. Dengan belajar pula-lah kita bisa beradaptasi dengan lingkungan dimanapun kita berada. Tetapi apakah belajar hanya bisa dilakukan dalam keadaan formal (sekolah)? Tentu tidak. Karena pada dasarnya pengalamanlah yang menuntun manusia untuk berubah dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Pengalaman berperan penting dalam proses belajar manusia, bahkan bukan hanya manusia, hewanpun membutuhkan sebuah pengalaman.
Dengan pengalaman perubahan
manusia dalam segi mental, fisik, maupun perilaku menjadi relatif menetap.
Karena itulah pengalaman sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran baik dalam
pembelajaran formal maupun informal.
Pembelajaran juga terbagi menjadi
dua jenis. Yaitu pembelajaran asosiatif dan pembelajaran melalui pengamatan.
Keduanya memiliki peran berbeda dalam merubah perilaku manusia. Pembelajaran
asosiatif yang memiliki metode pengondisian klasik dan instrumental bergantung
kepada rangsangan dan respons yang diterima oleh si pembelajar. Sedangkan pembelajaran
melalui pengamatan cenderung merubah perilaku manusia atas apa yang selama ini
dia amati, dalam hal baik maupun hal buruk.
Selain definisi dan jenis-jenis
pembelajaran, adapula faktor-faktor yang akan mempengaruhi pembelajaran
seseorang. Faktor-faktor tersebut ialah faktor kognisi, biologis, budaya, dan
psikologis. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi pembelajaran seseorang
dalam memahami suatu hal maupun dalam merubah perilaku seseorang. Untuk itulah
dirasa perlu dijelaskan bagaimanakah sebenarnya faktor-faktor tersebut berparan
dalam pembelajaran seseorang.
Dalam
mempelajari hal apapun yang bersifat baru, pastilah melibatkan perubahan. Jika
kita mempelajari sesuatu, contoh abjad, pasti kita tidak akan melupakannya
setelah mempelajari dan menghafalnya. Dan di kemudian hari kita tidak perlu
lagi belajar melalui proses yang sama karena cukup hanya sekali kita
mempelajarinya.
Dalam proses
belajar, biasanya manusia mempelajari sesuatu mulai dari hal yang mudah lalu
berlanjut ke hal yang lebih sulit. Contohnya ketika sd mulanya kita belajar
mengenal dan menghafal abjad, lalu setelah berhasil menghafalnya berlanjut
belajar untuk membacanya, ketika awal belajar membaca metode pengejaan huruf
diterapkan, berlanjut dengan metode tanpa mengeja, berlanjut lagi dengan
membaca cepat, dan berlanjut lagi sampai seseorang yang tadinya tidak bisa
membaca kini tulisannya banyak dibaca oleh masyarakat luas. Hal tersebut
melibatkan sebuah perubahan perilaku yang relatif menetap. Dan juga melibatkan
pengalaman sebagai tolak-ukur kemampuan yang dimiliki.
Dari contoh
tersebut, kita sampai pada sebuah definisi mengenai pembelajaran (learning).
Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan yang melibatkan mental, fisik
maupun perilaku yang relatif menetap yang muncul melalui pengalaman.
Secara umum pembelajaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu pembelajaran asosiasi dan pembelajaran melalui pengamatan.
“Pembelajaran asosiasi (associative learning) muncul ketika
sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Pengondisian (conditioning) adalah sebuah proses pembelajaran
asosiasi”(Chance, 2006). Terdapat dua jenis pengondisian, yaityu klasik dan instrumental
(operant).
1.
Pengondisian Klasik
“Pengondisian klasik adalah
pembelajaran dari sebuah rangsangan netral yang diasosiasikan dengan rangsangan
bermakna dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan respons yang sama”(king,
2010).
Contoh dari
pengondisian klasik adalah sebagai berikut. Seorang kakak mengajak adiknya
bermain ke pasar sambil membeli sesuatu. Ketika di pasar sang adik melihat
pencopet yang sedang dihakimi massa. Si adik ketakutan karena baru pertama kali
melihat kekerasan. Keesokan harinya Ibu mengajak adik kembali ke pasar, tapi
baru saja sampai di gerbang pasar si Adik sudah ketakutan. Ketakutan sang Adik
ketika melihat pasar menggambarkan proses pembelajaran yang disebut pengondisian klasik (classical conditioning). Dalam proses belajar ini, rangsangan
netral (pasar) diasosiasikan dengan rangsangan lain yang bermakna6 (tempat
kekerasan). Dengan hanya melihat pasar dapat menghasilkan respons yang sama
ketika betul-betul melihat pengeroyokan pencopet.
Seorang ahli
fisiologi asal Rusia yang bernama Ivan Pavlov, menarik kesimpulan atas
eksperimen yang beliau lakukan. Kesimpulan tersebut menjelaskan bahwa sebuah rangsangan yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus-UCS) akan
menghasilkan pula respons yang tidak
dikondisikan (unconditioned respons-UCR).
Pengertian dari rangsangan yang tidak dikondisikan adalah sebuah rangsangan
yang menghasilkan sebuah respons tanpa pembelajaran sebelumnya. Adapun
pengertian dari respons yang tidak dikondisikan merupakan respons yang tidak
dipelajari, yang dihasilkan secara otomatis oleh UCS.
Adapula rangsangan yang dikondsikan (conditioned stimulus-CS) dan respons yang dikondisikan (conditioned respons-CR). Pengertian
dari rangsangan dan respons tersebut adalah kebalikan dari rangsangan yang
tidak dikondisikan dan respons yang tidak dikondisikan. Sama halnya dengan
rangsangan yang tidak dikondisikan, rangsangan yang dikondisikan menghasilkan
pula respons yang dikondisikan, singkatnya seperti ini UCS=UCR, CS=CR.
2.
Pengondisian Instrumental
Psikolog
Amerika, B.F. Skinner (1938) mengembangkan konsep pengondisian instrumental. Pengondisian instrumental (operant) adalah sebuah bentuk dari
pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah prilaku mengubah
kemungkinan berulangnya prilaku. Skinner memilih kata operant untuk menjelaskan prilaku dari organisme-prilaku yang
mengoprasikan lngkungan, dan sebaliknya, lingkungan beroprasi karna prilaku.
Adapula
penelitian dari E.L. Thorndike (1898) menemukan kekuatan konsekuensi dalam
menentukan prilaku yang di sengaja. Ketika pada waktu yang sama saat Pavlov
sedang melakukan penelitian pengondisian klasik dengan anjing yang ber-air
liur, thorndike juga sedang meniliti seekor kucing yang kelaparan. Thorndike
meletakkan seekor kucing yang kelaparan dalam sebuah kotak dan meletakan sebuah
ikan di luar kotak tersebut. Untuk keluar dari kotak dan mendapatkan makanan,
kucing tersebut harus belajar membuka pintu kotak dari sebuah pedal yang dapat
diinjak dalam kotak, awalnya, sikucing membuat beberapa respon yang tidak
efektif, dia menggigit dan mencar papan kayu untuk mencoba keluar dari kotak
dan mendapatkan ikan tersebut. Pada saat-saat tertentu, si kucing tidak sengaja
menyentu pedal yang bisa membuka kotak. Hal ini berlangsung terus, kucing
tersebut melakukan usaha-usaha secara acak sehingga usaha tersebut membuat
kucing menginjak pedal untuk membuka kotak.
Proses
belajar ketika seseorang mengamati dan meniru (imitasi) perilaku orang lain
disebut sebagai pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pembelajaran melalui pengamatan sangat
umum dilakukan seseorang. Baik dalam situasi pendidikan formal maupun
situasi-situasi lainnya. Sebagai contoh, ketika melihat seseorang menendang
bola ke arah gawang, kita dapat merasakan saat kegiatan tersebut dilakukan
tanpa meminta bimbingan kepada orang lain karena kita telah memahaminya hanya
dengan mengamatinya saja, adapun pembelajaran lebih lanjut tentang menendang
bola umumnya dipelajari oleh seseorang yang memang menekuni dunia olahraga
khususnya cabang sepak bola.
Menurut
Bandura (1986) terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran
melalui pengamatan. Yaitu, perhatian, pengendapan, reproduksi motorik, dan
penguatan. Agar pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi, hal pertama yang
harus ada adalah perhatian. Untuk menghasilkan tingkah laku yang sama percis
dengan seseorang yang ingin kita contoh tentu kita harus benar-benar
memperhatikan apa yang diucapkan atau dilakukannya.
Pengendapan (retention) adalah proses kedua yang
diperlaukan agar pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi. Untuk
mereproduksi tindakan seorang model, kita harus menyimpan setiap informasi di
dalam ingatan kita sehingga kita dapat mengeluarkan ingatan tersebut saat
diperlukan. Sebuah gambaran verbalyang sederhana, atau gambar detail dari dari
tindakan model dapat membantu proses pengendapan.
Reproduksi
motorik (motor repruduction) adalah
proses melakukan peniruan terhadap tindakan orang lain. Orang dapat memberi
perhatian dan dapat mengingat apa yang telah mereka lihat. Namun, jika mereka
memiliki keterbatasan metorik, maka akan sulit bagi mereka untuk mereproduksi
tindakan orang tersebut.
Penguatan (reinforcement) atau pemberian insentif
adalah komponen akhir dalam pembelajaran melalui pengamatan. Banyak kejadian,
kita dapat memberikan perhatian dengan baik pada apa yang orang lain lakukan,
mengendapkan informasi tersebut dan memiliki kemampuan motorik yang baik untuk
merepruduksi tindakannya. Namun, sering kali kita gagal dalam untuk mengulangi
tindakan tersebut karena kurangnya pengetahuan.
Dalam proses
pembelajaran, kita hanya dapat melihat tentang proses kognitif ketika dalam
pembelajaran melalui pengamatan. Pendekeatan skinner dalam pengondisian
instrumental dan pavlov dengan pengondisian klasiknya sama-sama tidak
memperhatikan bahwa faktor kognisi seperti ingatan, berpikir, merencanakan, dan
pengharapan mungkin penting dalam proses pembelajaran.
Bahkan dalam
perilaku hewan, terkadang tampaknya penting bahwa kita harus tetap
memperhitungkan faktor kognitif agar bisa mendapatkan gambaran utuh tentang apa
yang sebenarnya terjadi. Contohnya, salah satu aspek penting dalam melatih
anjing pelayan adalah adanya ketidakpatuhan selektif. Artinya selain mematuhi
peraturan yang diberikan oleh majikannya, anjing-anjing ini harus dapat
melanggar perintah majikannya sewaktu-waktu jika ternyata penilaian mereka
terhadap lingkungan memberikan alasan untuk melakukannya.
Sebuah
contoh pengaruh biologis terhadap pembelajaran adalah instinctive drift, yaitu
kecerundungan binatang untuk kembali ke prilaku insting mereka yang mengganggu
pembelajaran. Kita tidak dapat bernafas di dalam air, ikan tidak bisa bermain
tenis meja, dan sapi tidak dapat mengerjakan soal matematika. Struktur tubuh
dan organisme memungkinkanya untuk belajar hal-hal tertentu, dan menghambat
untuk mempelajari hal lain (Chance, 2006).
Ketika
pengaruh behaviorisme mulai berjaya dan meluas di amerika, para ahli dalam
pengasuh anak beranggapan bayi dapat di bentuk menjadi jenis anak mana pun.
Perilaku sosial yang diinginkan dapat dibentuk jika perilaku yang tidak
diinginkan terus menerus dihukum, tidak pernah dimanjakan, dan perilaku positif
dikondisikan dan diberi ganjaran dengan hati-hati dan terkontrol. Contohnya,
seorang anak yang tinggal di desa yang terkenal dengan tenunannya akan menjadi
ahli dalam membuat tenun, karna dia melihat dan mengerjakan tenun setiap hari
dari pada anak yang terkenal dengan kerajinan batiknya.
Carol
Dweck, menggunakan mindset atau
cara berpikir untuk menjelaskan bagaimana kepercayaan tentang kemampuan kita
untuk menentukan tujuan yang kita tetapkan untuk diri kita sendiri apa yang
kita pikir dapat di kita pelajari, dan apa yang dapat kita lakukan. Dweck dan
teman-temannya melakukan study yang menggambarkan bagaimana pikiran kita
memiliki pengaruh yang kuat apakah kita dapat mencapai potensi kita (Dweck,
2002a, 2002b, 2006; Dweck & Legget, 2000).
Dweck dan
teman-temannya menemukan bahwa beberapa anak mendefiniskan intelegensi sebagai
sesuatu yang tetap atau fix. Anak-anak ini percaya bahwa dalam hal kemampuan
akademis, yang ada adalah ‘Anda memilikinya’, atau tidak memilikinya sama
sekali. Untuk anak-anak ini, bekerja keras untuk mencapai target akademis hanya
menunjukan bahwa Anda tidak berbakat. Dweck menyebut hal ini sebagai teori
entitas. Sebaliknya, ada pula sebagian anak yang mendefinisikan intelegensi
sebagai sesuatu yang dapat ditingkatkan. Untuk anak-anak ini, usaha merupakan
sebuah tnda bahwa masih ada hal-hal yang perlu dipelajari. Dweck menyebut teori
ini sebagai teori penambahan, yang
menekankan bahwa kita dapat menjadi lebih pintar dengan menambah kealian dan
menguasai tugas-tuasg sulit.
Penelitian telah menunjukan bahwa sistem
kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh efek pengondisian klasik. Sedangkan
pengondisian instrumental menunjukan empat variabel penting dalam stres:
keteramalan, persepsi kontrol, persepsi peningkatan, dan penyaluran frustasi.
Lalu ada
modifikasi perilaku yang merupakan penerapan dari pengondisian instrumental
untuk mengubah perilaku manusia. Konsekuensi dari perilaku dibangun untuk
menguatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku non-adaptif (Martin &
Pear, 2007; Umbreit et al, 2007). Anak yang melempar kacamata dan memecahkannya
mungkin terlalu banyak menerima perhatian dari guru dan teman-temannya; dalam
hal ini secara tidak sengaja perilaku tersebut dapat dikuatkan. Dalam hal ini,
orang tua dan guru dianjurkan untuk mengalihkan perhatian dari perilaku
destruktif dan mentransfer ke perilaku yang lebih konstruktif, misalnya bekerja
dengan khidmat atau bekerjasama yang baik dengan teman (Harris, Wolf, &
Baer, 1964).
Modifikasi perilaku dapat menolong orang untuk meningkatkan
kemampuan kontrol diri mereka dalam aspek kesehatan fisik dan mental. Karena
sekaranag pengondisian instrumental telah diterapkan pada bidang kesehatan
fisik dan mental, serta pendidikan.
Belajar
merupakan suatu proses perubahan baik dalam mental, fisik, maupun perilaku pada
manusia. Pembelajaran sangat membutuhkan pengalaman dalam prosesnya, baik
pengalaman melalui pembelajaran asosiatif maupun pembelajaran melalui
pengamatan. Dalam pembelajaran asosiaif terdapat dua pengondisian, yaitu
pengondisian klasik dan pengondisian instrumental. Masing-masing pengondisian
memiliki ciri khas serta penerapan yang berbeda dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran tentu
tidak serta merta berjalan lancar tanpa hambatan. Ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembelajaran seseorang. Faktor-faktor tersebut ialah faktor
kognisi, biologis, budaya, serta psikologis. Setiap faktor kendala terkadang
menjadi hambatan yang sulit dalam pembelajaran, bergantung kepada bagaimana
cara mensiasati faktor kendala tersebut agar tidak menjadi hal yang
menyulitkan.
Pembelajaran pula
berpengaruh kepada kesehatan dan kesejahteraan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa
pengondisian klasik dapat menghasilkan imunosupresi
(immunosuppression), yaitu suatu kondisi dimana saat produksi antibodi
menurun. Sementara dalam pengondisian instrumental menghasilkan temuan
bagaimana cara manusia dalam menghadapi stres. Aspek-aspek yang manusia lakukan
dalam mengahadapi stres adalah prekditabilitas, kontrol, dan peningkatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar